Senin, 24 Desember 2012

Mencoba Merayu VII

Ada rindu yang memecah keheningan malam
Mengoyak sunyi yang sudah meresap di dalam kamar
Mengunci pikiran yang tidak pernah tenang
Acapkali rindu tersebut muncul dalam khayalan

Subuh kembali hadir, rindu tersebut masih ada
Sesak atas asap rokok tidak membantuku
Memuaikan rindu agar ia menghilang dari pikiran
Rindu tersebut pun menjelma menjadi dirimu

Ada lengkungan senyum yang masih kurindukan
Aku tahu mataku dulu matahari landai yang terbenam disana
kubiarkan dirimu tinggal sebagai puisi
Sebagai cahaya tanggal dari bulan sabit yang jatuh

Mungkin diriku ini masih terlalu dini untuk berpuisi
Tapi yang kutahu, ini bisa mengendapkan luka dihati
Agar tidak kembali menjadi rindu...

Mencoba Merayu VI

Ada nona manis yang menari-nari di dalam kepala
Aku sempat lupa siapakah dirinya itu
Bahkan saat aku sudah terlelap dia masih berada disana
Hingga akhirnya aku teringat dengan dia
Dan bergegas ku lari dari mimpiku untuk menuju mimpinya

Kubiarkan ragaku tertinggal di kamar
Kubiarkan sukmaku yang berkelana mencarimu
Agar suasana hati ini tidak keruh
Agar dirimu tak terabaikan asmara

Malam memang semakin pekat
Rembulan belum beranjak dari peraduan
Namun tak segan aku menyusuri malam
Karena lampu jalanan masih terang
Hingga terangnya menyinari sudut hatimu..

Rabu, 31 Oktober 2012

Mencoba Merayu V

Langit sudah meninggi, yang ada hanya sepi
Dirimu yang berada di dasar hati ini diam
Apa perlu aku pergi ke pasar dan mencuri hati
Atau hanya duduk manis sampai dirimu tersenyum

Mencerca dedaunan beringin pun tak akan guna
Karena yang kudapat hanya diam dan kegetiran
Nyanyian unggas di kandang masih bersahutan
Hanya saja, itu menandakan diriku bosan

Langit masih meninggi, dan sepi masih disini
Aku sudah rapi, untuk pergi menapaki jejak
Jejak dirimu yang tak tersenyum lagi...

Senin, 22 Oktober 2012

mencoba merayu IV

Ada cinta yang tak henti berlayar, di biru matamu 
Bernahkodakan sepasang ingatan yang memburam
Di terjam oleh ombak, menghilang dalam lautan
Aku, hanyalah pelabuhan yang hilang dari pandanganmu

Sedalam matamu, sedalam itu cinta jatuh ke dada
Namun semua itu menjadi kegamangan abadi
Ketika jarak terbentang, hati menumpuk rindu
Dan cemburu buta yang mencuat dari dalam dada
Kita pun tak pernah tahu kapan cinta itu akan tiba

Hingga akhirnya ketika cintamu karam, begitu pula diriku
Yang berusaha menarik kembali cintamu ke atas permukaan
Seperti mercusuar yang tegak berdiri di ujung teluk
Yang mencari sisa-sisa cinta yang remuk dilahap lautan

Senja pun menghilang di balik rembulan, kuharap cintamu masih ada
Lampu mercusuar sudah kunyalakan menuju lautan yang membawamu
Pada akhirnya aku hanya dapat mengatakan bahwa
Aku lelaki hidup bertuhan, namun tak bertuan
Cukupkah itu agar kau jadi perempuanku ?

Senin, 15 Oktober 2012

dear lady

hey lady..
who made me feel lonely..
hey lady..
who made me feel sorry to you..

it's about two year when you left me 
in this sadness..
don't you know how many time..
yeah how many time i cried loud 
your name..

i'm pathetic..
i'm pathetic to forget you
you agony..
you agony to left me..

(ini sebenernya post lama, udah hampir 2 tahun ada di draf, belum sempet aja buat nyelesaiinnya)

Mencoba merayu III

Dari beranda kulihat air sungai yang mengalir
Angin yang menghantam bebambuan
Mereka yang berlalu lalang dijalanan
Imajinasiku melihat dirimu diantara itu semua

Namun matahari yang mulai menyengat sudah bosan
Melihat diriku melamuni tentang dirimu
Dan membuyarkan semua imajinasi itu
Dari pikiranku, juga menyadarkanku

Mungkin malam ini aku harus bekerja keras
Untuk memunguti ingatan yang berceceran
Tentang dirimu yang sudah jauh melupakanmu
Semoga dirimu tidak lupa



mencoba merayu II

Aku ingin menuliskan puisi singkat
Tentang kau, yang menghilang di tirai embun
Kelak tiada satupun bisa membacanya
Sebab, puisi ini mengenai dirimu

Barangkali aku seperti peronda malam
Di depan rumahmu, kau telah tertidur
Sementara aku, sendirian di pekarangan
Berusaha mengetuk nasibku..juga cintamu

Nantinya kau tak perlu memahami puisi ini
Sebab aku mempuisikan dirimu
Karena dirimu masih enggan mengenal diri sendiri

Dilangit ingatanku kaulah yang paling tinggi
Tangan-tanganku tak mampu menggapaimu
Apa aku yang terlalu acuh ketika bersamamu
Ataukah aku terlalu klise untuk bersikap normal

entahlah...


Minggu, 14 Oktober 2012

mencoba merayu I

Membaca gerimis jatuh,
Membaca ke mana rindu akan berteduh

Kulepaskan kasutku
Kutapaki jalan dengan sisa hujan menggenang;
Mencari jejak rindumu sebelum dibasuh keruh

Seketika kau pulang lewat hujan yang diam-diam
Lebih sepi dari bunyi gerimis
Sekedar menjaga rinduku supaya tak padam

Aku berterimakasih pada hujan.
Karenanya, aku bisa mencipta puisi
Sesuatu yang pantas, untuk matamu yang indah






Mencoba merayu


Semesta ini begitu sepi
Semenjak kau meninggalkanku
Hanya ada sunyi dan sendu
Tanpa ada kepastian

Temaram lampu kotaku padam
Ketika kita berpisa jarak dan waktu
Namun hatiku masih getir
Mencari cara agar ini teratasi

Dan tiba-tiba dunia berhenti berputar
Tergesa ku mencari dirimu
Tapi, dalam merahnya mawar kau tak ada
Dan semestaku kembali sunyi...

Kucari Dirimu

Kucari dirimu, di dalam embun pagi ini
Yang baru saja tercipta oleh nafas sang angin
Harapanku terhempas oleh kekosongan
Diantara kekosongan itu, kuharap ada dirimu

Kucari dirimu, diantara ilalang siang ini
Yang menyembunyikan dirimu disela-selanya
Keputus-asaan berusaha mendekatiku
Namun aku tahu, dirimu tidak disana

Kucari dirimu, ketika senja sudah hadir
Yang melahirkan sinar dari sang rembulan
Bayangmu pun hadir di sisiku
Ketika aku tak dapat menemukanmu

Selalu...kucari...dirimu...

Nona Manis

Hei nona manis, siapakah dirimu
Apakah kau malaikat untukku
Atau samaran sang iblis agar aku berdosa
Tapi yang kutahu, dirimu itu indah

Hei nona manis, aku jatuh hati kepadamu
Tampaknya kau berhasil mencuri hatiku
Berhasil merubah gerak tubuhku
Dan membuatku tersipu malu

Hei nona manis, kapan ada waktu
Agar diriku mendekatimu
Supaya aku menjadikan kita
Seperti adam dan hawa
Dua sejoli tuhan...

elegi rembulan senja

Syahdu, menjelma dari ruang hampa
Mengarungi lautan, tanpa tahu arah dan tujuan
Tapal batas tidak pernah goyah
Namun hati tetap meredupkan sinarnya

Matahari masih menunjukan kemegahannya
Entah mengapa rembulan turut hadir
Diantara pohon pinus dan cemara yang menjulang
Ada kegetiran sunyi mengenai hakikat asmara

Menjangan pun hilang diantara semak-semak
Kembali ke peraduan tanpa tau
Apakah dia sudah merasakan asmara
Kuharap aku seperti menjangan...

Senin, 26 Maret 2012

ketika aku melihat mereka

Hai kawan, apa yang ingin aku sampaikan hanya sebuah pendapat (ya benar,sebuah pendapat), aku memang ingin juga turun ke jalanan, namun maaf, ada salah satu sifatku yang masih menahan ku untuk mengikuti apa yang kalian lakukan, yaitu takut, yang merupakan sifat dasar dari manusia itu sendiri. Apa yang aku lakukan ini bukanlah untuk menahan kalian, namun apakah tidak ada opsi lain lagi selain ber 'aksi' di depan khalayak umum? apakah yang kalian harapkan akan sesuai ekspektasi diri kalian masing-masing? atau malah jadi nanti yang terjadi adalah ke 'chaos' an seperti di era hok-gie? atau seperti era '98 dimana ada beberapa mahasiswa yang menjadi korban? Sungguh aku tak ingin hal seperti ini terjadi lagi, aku hanya mengharapkan dimana semuanya tidak terjadi dan dunia menjadi damai (mungkin itu hanyalah utopia).

Aku tahu kalian mengambil quotes itu dari buku pertama tetralogi pulau buru nya Pram (Bumi Manusia/This Earth of Mankind) namun apakah kalian tahu nasib akhir dari Minke si tokoh utama? apakah kalian pernah menyelesaikan sampai tuntas tetralogi pulau buru? lalu mengenai quotes dari Tan Malaka , ya Tan Malaka yang menjadi musuh negara karena idealisme kirinya, yang menjadi penulis buku MADILOG, dan memang benar hal tersebut merupakan 'last treasure' nya mahasiswa, namun aku berharap idealisme kalian tidaklah terkikis seperti apa yang kawan-kawan dari hok-gie lakukan, jika kalian tetap memegang teguh idealisme kalian, maka bawalah idealisme kalian sampai tua nanti, sehingga kalian tidaklah menjilat ludah sendiri atas kata-kata kalian.

Mungkin kalian akan menilaiku sebagai seorang pengecut, namun apa yang aku lakukan ini merupakan buah dari segala idealisme yang aku praktikan di muka umum, sehingga aku akan tampak menjadi seorang yang bersifat acuh terhadap apa yang terjadi di negeri ini kawanku, namun apabila kau lebih mengenalku maka kau akan menemukan arti dari kata-kata ini....

berikut adalah quotes dari hok-gie yang rasanya pantas dengan kondisi saat ini...

"Saya mimpi tentang sebuah dunia,Di mana ulama - buruh dan pemuda,Bangkit dan berkata - Stop semua kemunafikan,Stop semua pembunuhan atas nama apa pun.Dan para politisi di PBB,Sibuk mengatur pengangkutan gandum, susu dan beras,Buat anak-anak yang lapar di tiga benua,Dan lupa akan diplomasi.Tak ada lagi rasa benci pada siapa pun,Agama apa pun, ras apa pun, dan bangsa apa pun,Dan melupakan perang dan kebencian,Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.Tuhan - Saya mimpi tentang dunia tadi,Yang tak pernah akan datang." -Soe hok-gie- 

Demikian kawanku atas apa yang aku sampaikan mengenai pendapatku saat ini,aku tahu di dalam diri kalian masih ada logika untuk berpikir mengenai tulisanku ini...